Mengungkap Sejarah Gerbong Maut Surabaya

Ketika mendengar kata Gerbong Maut, beberapa dari orang tua kita mungkin sudah pernah mendengar dan mengetahui Gerbong Maut tersebut. Flashback ke masa lalu, yakni pada tanggal 23 November 1947 berawal dari Bondowoso. Cerita bersejarah ini berawal dari tawanan yang dituduh melakukan serangkaian pemberontakan, upaya-upaya yang menyebabkan terjadinya pergolakan, dan upaya yang ditakutkan membahayakan pemerintahan Belanda saat itu. Penangkapan para pejuang kita ini membabi buta, bahkan banyak diantara mereka yang tidak tebukti melakukan kesalahan, namun karena ancaman senjata, maka para pejuang hanya bisa berserah diri dan pasrah.

Kira-kira pukul 05 pagi-pagi buta yang masih dingin, 100 tawanan ini dipaksa keluar dari penjara yang ada di Bondowoso. Mereka sudah tahu akan dibawa kemana, karena keseratus orang ini adalah kloter ke tiga dari pemindahan para tahanan dari Bondowoso ke Penjara Koblen Bubutan Surabaya. Keseratus orang ini di muat ke dalam tiga gerbong yang ukurannya berbeda. Gerbong satu diisi dengan 24 tahanan, sedangkan gerbong 2 dan 3 diisi sama banyak, yakni 38 tahanan. Jenis gerbong yang memuat para tahanan ini adalah jenis gerbong barang yang sama sekali tidak ada ventilasinya, mereka dikuncikan dari luar dan penuh sesak.
Saat diperjalanan inilah kesabaran para tahanan diuji,  saat hari sudah semakin siang, keadaan makin parah, satu-persatu tahanan mulai berjatuhan gugur. Ada beberapa tahanan yang sekarat karena kehausan dan kelaparan yang sangat, beberapa yang lain meminum air seninya sendiri. Untuk bertahan hidup, diantara para pejuang kita mengorek-orek kayu gerbong yang sama sekali belum lapuk , dengan sabar akhirnya dari gerbong dua berhasil membuat lubang dengan lebar 3 cm dan panjang 10 cm. Dari sinilah mereka bergantian menghirup udara segar yang ada dari lubang. Keadaan semakin tegang dikala gerbong tiga tak ada lagi suara-suara seperti sebelumnya yang meronta-ronta. Gerbong tiga hening tanpa kata. Nampaknya kematian sudah merenggut jiwa mereka satu-persatu.

Beberapa saat di tengah siang, pertolongan Tuhan datang. Hujan turun begitu deras. Para pejuang yang amat kehausan dan kelaparan menjilat-jilat kayu yang basah oleh air hujan. Dari sini banyak diantara mereka yang lemas sebelumnya, kini mulai dapat sedikit energi. Perjalanan dari Bondowoso ke Surabaya saat itu sungguh sangat lama, sekitar 16 jam lamanya para tahanan harus bertahan di gerbong yang menyerupai oven raksasa.

Mereka sampai di Stasiun Wonokromo saat hari sudah gelap. Teriakan para pengawal itu membangunkan para tahanan yang kondisinya parah, kelaparan dan kehausan. Saat diperintahkan keluar gerbong, hanya sedikit yang keluar. Dari ketiga gerbong ini, gerbong 1 hidup semua yakni berjumlah 24 orang, gerbong 2 meninggal 8 orang, dan gerbong tiga meninggal semua. Jumlah korban keseluruhan adalah 46 orang. Dari 54 orang yang selamat, 11 orang mengalami sakit parah, 31 sakit, dan hanya 12 orang yang sehat. Kedua belas orang inilah yang kemudian mengangkut kawan seperjuangan yang meninggal didalam gerbong. Diantara mereka mengalami kematian yang tragis, banyak diantara mereka mengalami pendarahan di telinga dan hidung, ada juga yang meninggal kaku melungker dipojok gerbong.

Dari tawanan yang selamat ini kemudian dibebaskan pada tahun 1948. Untuk mengenang jasa para pejuang ini, maka dibuatlah monument Gerbong Maut. Satu gerbong diletakkan di Musium Brawijaya Malang, Bondowoso, dan di Surabaya. Namun yang misterius adalah keberadaan Gerbong Maut yang ada di Surabaya ini, konon Gerbong Maut yang ketiga ini diletakkan di Stasiun Wonokromo, namun secara kami cari informasi lebih lanjut lagi, ternyata tidak ada di Wonokromo. Kemudian kami telusuri keberadaannya yang simpang siur itu, kami temukan Gerbong Maut ini di Jalan Mayjend Sungkono, tepatnya terletak di Gedung Juang UNPATMA.

Monumen ini adalah replikanya, karena memang kondisi gerbong yang saat itu sudah rusak, maka dibuatlah replikanya dengan ukuran sebenarnya. Ban, rantai, dan aksesoris bawah lainnya masih asli, tertulis di dekat ban dibuat tahun 1920 an dengan nomor gerbong G.R. 10152. Berbong ini adalah gerbong yang terakhir (gerbong 3) Lokasi Gerbong Maut ini sungguh terpencil dan belum banyak orang mengetahui keberadaanya. Di dekat Gerbong Maut ini terdapat markas PMI yang sudah tak berpehuni, konon rumah PMI ini angker, sehingga sewaktu ditempati sering diganggu oleh penunggu yang ada di Gerbong Maut. Ada juga musola kecil yang nampak masih terawat dan digunakan.

Sebelum anda memasuki lokasi Gerbong Maut, anda akan melewati RPG (Rumah Perdesaan Gerilya). Rumah Perdesaan Gerilya ini terlihat dari luar jalan Mayjend Sunkono dan konon menyimpan rahasia mistis sampai sekarang. Sempat juga pada beberapa tahun yang lalu, Gerbong Maut masuk dalam liputan khusus Mister Tukul Jalan-Jalan.






                               Monumen Gerbong Maut Surabaya

 Alamat  Jalan Mayjend Sungkono 106 Surabaya

 Jam Buka   -

 Catatan  Lokasi Di depan

GPS Location 




Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment